Masjid Angke
Nama
aslinya masjid Al-Anwar. Usianya hampir setengah abad. Keempat tiang
agungnya yang bak Menara Masjid Demak Jawa Tengah masih berdiri kukuh,
mimbarnya khas Banten.Pengaruh arsitektur cina tampak pada pintu masuk,
yakni berupa atap susun berlapis dua serta karpus yang menyerupai ujung
atap kelenteng
Lokasi: Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat
.Masjid Pekojan
Dulu
Masjid ini bernama An-Nawier, di bangun pada 1740 oleh seorang
kontraktor Cina. Arsitekturnya merupakan gabungan gaya Arab dan Eropa.
Mimbarnya yang penuh ukiran khas abad ke-18 terpelihara baik, konon
merupakan pemberian Sultan Pontianak, Kalimantan Barat.
Lokasi:Jalan Pekojan Nomor 79, Tambora,Jakarta Barat.
Pasar Pagi Mangga Dua
Tipe :Pusat Perbelanjaan
Alamat Jl. Mangga dua Raya Jakarta Barat/Taman Sari
Pasar
ini menjual berbagai kebutuhan memasak yang sangat lengkap, dari sayur
mayur, ikan dan sebagainya. Selalu ramai setiap harinya, di sini juga
terdapat berbagai macam penjual jajanan pasar.
Terletak di kawasan yang selalu padat setiap harinya, lahan parkir yang tersedia sangat luas.
Jakarta Pusat
Masjid Cut Meutia
Mulanya
ini Kantor NV Bouwploeg milik Pieter Adriaan Jacobus Moojen (
1879-1955), perancangnya seorang pengembang dan arsitek asal Belanda.
Bangunan bergaya art nouveau ini pernah menjadi kantor jawatan Kereta
Api Belanda dan Kantor Kempetai angkatan laut Jepang. Gubernur DKI
Jakarta Ali Sadikin – lah yang menjadikannya rumah ibadah pada 1970.
Lokasi: Jalan Cut Meutia, Jakarta Pusat
Masjid Jami’ Kebon Jeruk
Masjid
berbentuk bundar ini dirikan pada 1718 oleh imigran asal Cina, Chan
Tsin Hwa, dan istrinya, Fatima Hwu. Keempat tiangnya yang penuh ukiran
masih berdiri kukuh. Sayang, menaranya sudah lama runtuh. Atap daun
nipah telah berganti genting. Mimbar kayu kembangnya pun kini jadi
penghuni Museum Fatahillah. pusat
Gereja Katedral Jakarta
(nama resmi: Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga, De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming)
adalah sebuah gereja di Jakarta. Gedung gereja ini diresmikan pada 1901
dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa, yakni arsitektur
yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad
yang lalu.
Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh
Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh
Provicaris Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh
Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian
diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus
Luypen, SJ, Vikaris Apostolik Jakarta.
Katedral yang kita kenal
sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu,
karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27
Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di
sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja
itu pun sempat roboh.Pada malam natal, 24 Desember 2000, Gereja ini
menjadi salah satu lokasi yang terkena serangan ledakan bom.
Gereja Immanuel (ca.1875-85)
Gereja Immanuel awalnya adalah gereja yang dibangun atas dasar kesepakatan antara umat Reformasi dan Umat Lutheran di Batavia.
Pembangunannya
dimulai tahun 1834 dengan mengikuti hasil rancangan J.H. Horst. Pada 24
Agustus 1835, batu pertama diletakkan. Empat tahun kemudian, 24 Agustus
1839, pembangunan berhasil diselesaikan.
Bersamaan dengan itu
gedung ini diresmikan menjadi gereja untuk menghormati Raja Willem I,
raja Belanda pada periode 1813-1840. Pada gedung gereja dicantumkan nama
WILLEMSKERK.
Gereja
bergaya klasisisme itu bercorak bundar di atas fondasi tiga meter.
Bagian depan menghadap Stasiun Gambir. Di bagian ini terlihat jelas
serambi persegi empat dengan pilar-pilar paladian yang menopang balok
mendatar. Paladinisme adalah gaya klasisisme abad ke-18 di Inggris yang
menekan simetri dan perbandingan harmonis.
Serambi-serambi di
bagian utara dan selatan mengikuti bentuk bundar gereja dengan membentuk
dua bundaran konsentrik, yang mengelilingi ruang ibadah. Lewat
konstruksi kubah yang cermat, sinar matahari dapat menerangi seluruh
ruangan dengan merata. Menara bundar atau lantern yang pendek di atas
kubah dihiasi plesteran bunga teratai dengan enam helai daun, simbol
Mesir untuk dewi cahaya.
Orgel yang dipakai berangka tahun 1843,
hasil buatan J. Datz di negeri Belanda. Sebelum organ terpasang, sebuah
band tampil sebagai pengiring perayaan ibadah. Pada 1985, orgel ini
dibongkar dan dibersihkan sehingga sampai kini dapat berfungsi dengan
baik.
GPIB Pniel Pasar Baru, Jakarta Pusat, atau yang sering disebut dengan Gereja Ayam,
merupakan sebuah gereja peninggalan zaman kolonial di Indonesia.
Arsitektur gereja ini dirancang oleh Ed Cuypers dan Hulswit. Gereja ini
dibangun antara 1913 dan 1915 dan mulanya diberi nama Gereja Baru. Julukan Gereja Ayam diberikan karena di atap gereja ini diletakkan sebuah petunjuk arah angin yang dibuat berbentuk ayam.
Gedung
gereja yang ada sekarang sudah merupakan perluasan dari bangunan yang
asli yang pertama kali didirikan pada 1850, yang saat itu masih
merupakan sebuah kapel kecil. Arsitek Cuypers dan Hulswit memugarnya
dengan menggunakan perpaduan gaya Italia dan Portugis dan memperluasnya
sehingga dapat menampung hingga 1.500 orang. Hingga kini interior
bangunan kuno ini masih bertahan sejak masa hampir satu abad yang lalu.
Kursi, mimbar dan perlengkapan lainnya yang terbut dari jati masih tetap
dipertahankan sejak masa Belanda, meskipun orgel pipanya sudah diganti
pada awal 1990-an. Sebuah Alkitab besar berbahasa Belanda dari 1855
diletakkan di atas mimbar gereja itu. Karena dimakan zaman, Alkitab ini
pun sudah rapuh dan mudah robek Pada tahun 1998, saat kerusuhan
melanda Jakarta, sejumlah massa berusaha menyerbu bangunan ini, namun
gagal.
Gereja St. Theresia. Tahun 1933,
Gereja Katedral Jakarta menugaskan arsitek J. Th. Van Oyen membangun
gedung gereja Santa Theresia tanpa tiang penyangga di tengah-tengah
agar altar dapat terlihat dari segala arah. Pembangunan selesai pada
tahun 1934, dan peresmiannya dilakukan oleh Pastor A.Th. Van Hoof SJ,
provicaris Jakarta. Pastor Van Driel SJ kemudian ditetapkan sebagai
pastor Paroki Santa Theresia. Misa pertama di gereja Santa Theresia
oleh Romo Van Hoof SJ dan pemberkatan lonceng baru oleh Uskup Jakarta
Mgr.H.Leven SJ.
Pasar Tanah Abang
di
Jakarta Pusat memang sudah terkenal sejak zaman kolonial Belanda sebagai
pusat perdagangan tekstil terbesar se-Asia Tenggara. Pasar ini juga
dikenal sebagai pusat grosir dengan harga murah. Selain bahan sandang,
para pembeli juga membeli keperluan lain, seperti karpet dan barang
elektronik.
Akses ke lokasi bisa ditempuh dari arah Jalan
Jenderal Sudirman, bisa melewati Jalan KH Mas Mansyur. Dari Jalan MH
Thamrin, bisa masuk ke wilayah pasar lewat Jalan Kebon Kacang Raya atau
Jalan Kampung Bali. Sedangkan kalau melalui Jalan Abdul Muis, bisa masuk
ke daerah Pasar Tanah Abang dari arah Jati Baru dan Jalan Tanah Abang
Bukit.
Pasar Benhil terletak dekat dengan jalur
ramai yang padat akan kendaraan lalu lalang yakni jalan Jenderal
Sudirman. Lokasi pasar Benhil tepatnya berada di jalan Bendungan Hilir,
Jakarta Pusat dekat dengan Universitas Katolik Atmajaya, RSU TNI AL
Mintohardjo, Wisma Sudirman.
Di Pasar Benhil ini juga menjadi
pusat bisnis lain yang biasa seperti pasar tradisional di kota lain
seperti penjualan alat tulis perkantoran, digital printing, stempel,
plat nomer kendaraan, maupun pembuatan reklame. Menjelang malam atau
sore, pasar benghil menjadi pusat kuliner yang dipenuhi dengan
bermacam-macam makanan ataupun jajanan. Makanan yang disajikan pun tak
kalah dengan masakan bintang lima namun harga kaki lima seperti masakan
cumi-cumi, ikan bakar, gulai kakap, lemang, lumpia, ikan bilih, telur
balado, mendoan, dan masih banyak lagi. Tak rugi juga anda untuk mencoba
berwisata kuliner di pasar benhil ini karena banyak sekali pilihan yang
bisa dicicipi.
Setiap setahun sekali memasuki bulan Ramadhan, pasar Benhil juga menjadi pusat makanan ataupun jajanan untuk berbuka puasa
Di Pasar Baru
ini
Anda dapat menemukan bermacam - macam barang yang Anda butuhkan dengan
harga yang relatif murah. Tempat ini juga digunakan sebagai lokasi pusat
grosir, tidak sedikit pedagang yang memiliki kios di tempat lain
membeli untuk kebutuhan tokonya di pasar ini, mulai dari Fashion,
Kebutuhan Rumah Tangga, dan lain-lain.
Bukan hanya
pedagang grosir, para ibu rumah tangga dan masyarakat umum pun banyak
yang mengunjungi lokasi pembelanjaan yang buka dari jam 09.00-17.00 ini.
Namun Anda juga harus berhati - hati terhadap barang belanjaan Anda
karena ramainya pengunjung membuat kriminalitas kerap terjadi. Fasilitas
parkir yang tersedia cukup luas.
Berbagai macam
penjual dapat Anda temukan di tempat ini, kebanyakan didominasi oleh
Toko Emas, Percetakan Piala, Percetakan Kaos/Baju, Spanduk, Kartu Nama,
dan lain-lain. Anda pun akan mendapatkan harga yang di bawah rata-rata,
mengingat harga yang ditawarkan oleh para penjual tempat ini adalah
harga grosir.
Tempat ini berada tepat di samping Atrium Senen.
Buka dari jam 10.00 - 19.00 WIB. Selalu ramai setiap harinya. Terletak
di kawasan yang cukup padat setiap harinya, seringkali terjadi kemacetan
saat siang dan sore hari, lokasi parkir yang tersedia sangat luas dan
tertib.
Jakarta timur
Pasar
Cibubur, Jakarta Timur Pasar Cibubur, atau Pasar Jaya Cibubur,
merupakan pasar tradisional milik Pemprov DKI Jakarta. Berada di pinggir
Kali Cipinang, pengelolaan pasar ini dijalankan oleh PD Pasar Jaya.
Beberapa tahun silam, pasar ini pernah direvitalisasi dengan melibatkan
pihak swasta: PT Aneka Sumber Daya Energy. Perusahaan swasta ini
sekarang sedang merevitalisasi Pasar Proyek di Jalan Mayor Oking,
Margahayu, Bekasi Timur. Pasar tradisional ini akan dibuah menjadi
Bekasi Junction.
Pasar Cibubur PD Pasar Jaya
Jalan Lapangan Tembak Cibubur Kelurahan Cibubur – 13720 Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur
Masjid As-Salafiyah
Pangeran Jayakarta mendirikan Masjid ini pada 1620. Lalu 80 tahun
kemudian, Pangeran Sugeri, Putra Sultan Fatah dari Banten, memugarnya.
Kekhasan Masjid ini tampak pada kaligrafi Arab berbentuk sarang tawon
di dalam plafon menara masjid. Lokasi: Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta
Timur.
Gereja St. Antonius Padua. Kapel
susteran dan panti asuhan yang di bangun pada tahun 1938 oleh kontraktor
Hollandsche Beton Maatschappij di resmikan oleh Mgr Willekens. Dalam
perjalanannya, kemudian dengan bertambahnya umat, kapel beralih fungsi
menjadi gereja paroki.
Gereja St. Yoseph. Arsitek
perencana gedung gereja ini adalah Ir Frans Johan Lauwrens Ghijsels
(1882-1947). Pria kelahiran Tulung Agung, 8 September 1882, ini adalah
arsitek yang membangun gedung-gedung di Batavia waktu itu, antara lain
bangunan Stasiun Kota, Vrijmetselaarslogre, sekarang Gedung Bappenas.
(Nama arsitek ini kemudian diabadikan pada prasasti di lantai Gereja
Santo Yoseph, pasca renovasi tahun 2002, tepat pada posisi altar lama.)
Pemberkatan gedung dilakukan Mgr Van Velsen, SJ, pada 6 April 1924
Pasar Pramuka Nama Populer :Pasar Hewan Pramuka
Alamat Jl. Pramuka Raya Jakarta Timur/Matraman
Pasar
ini lebih dikenal sebagai pasar makanan hewan dan pasar hewan, bukan
hanya makanan bahkan di tempat ini juga terdapat penjual obat-obatan
untuk berbagai hewan kesayangan.
Di tempat ini juga
terdapat berbagai macam jenis burung. Terletak tepat di seberang Pramuka
Medical. Buka dari jam 07.00 - 17.00 WIB. Biasanya ramai pada pagi dan
siang hari. Lokasi parkir yang tersedia cukup luas, berhati-hatilah saat
akan memasuki area parkir.
Jakarta utara
Gereja Tugu
adalah salah satu gereja tertua di Indonesia terletak di Kampung Tugu,
Jakarta Utara. Secara pasti tidak diketahui kapan mulai dibangun, tetapi
para ahli sejarah menyimpulkan sekitar tahun 1676-1678, bersamaan
dengan dibukanya sebuah sekolah rakyat pertama di Indonesia oleh
Melchior Leydecker.
Pada tahun 1737 Gereja Tugu
dilakukan renovasi yang pertama dibawah pimpinan pendeta Van De Tydt,
dibantu oleh seorang pendeta keturunan Portugis kelahiran Lisabon yaitu
Ferreira d'Almeida dan orang-orang Mardijkers.
Pada tahun 1740 gereja Tugu hancur, bersamaan dengan terjadinya peristiwa Pemberontakan Tionghoa (Cina Onlusten)
dan pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia, pada masa Gubernur
Jenderal Adriaan Valckenier yang berkuasa di Batavia pada tahun
1737–1741.
Kemudian pada tahun 1744 atas bantuan seorang tuan
tanah Yustinus Vinck gereja ini dibangun kembali, dan baru selesai pada
29 Juli 1747 yang kemudian diresmikan pada tanggal 27 Juli 1748 oleh
pendeta J.M. Mohr.
Sampai saat ini gereja tersebut masih berdiri
dan berfungsi sebagai "GPIB Tugu", walaupun di berbagai sudut sudah
banyak yang harus diperbaiki karena faktor usia. Gereja ini tampak
sederhana tetapi tampak kokoh dan rapi, dengan berisi bangku diakon
antik, piring-piring logam, dan mimbar tua. Lonceng yang ada di gereja
tersebut diperkirakan dibuat pada tahun 1880, karena lonceng paling tua
yang dibuat 1747 sudah rusak dan disimpan di rumah pendeta di sana.
Pasar muara karang Tipe Pasar Hasil Laut
Alamat Jl Muara Karang Raya Blok 24 Selatan No.35 - Muara Pluit/Jakarta Utara
Pasar Tradisional ini menjual berbagai macam kebutuhan pokok. Lokasi
mudah dicapai karena tepat di jalan Muara Angke Raya dan tepat disebelah
Terminal Muara Angke. Parkir cukup luas di lokasi, ada juru parkir yang
mengatur.
Jakarta Selatan
Pasar mede
Kategori:
Pasar Ritel / Pasar Tradisional
Alamat:
Jl. Raya Fatmawati No. 65-68
Jakarta Selatan, Jakarta
Pasar
Tradisional ini menjual berbagai macam kebutuhan pokok. Lokasi mudah
dicapai karena tepat di jalan. Berada di daerah Cilandak Barat, di
manfaatkan oleh penghuni Komplek Keuangan di Cilandak Barat untuk
memenuhi kebutuhan pokok.
Masjid Jami Al Atiq
Bukan
tanpa alasan kalau Gubernur DKI era 1970-an, Ali Sadikin memberi nama
masjid yang terletak di Jl. Masjid I, RW I, Kampung Melayu Besar, Tebet,
Jakarta Selatan, dengan nama Masjid Jami Al Atiq. Al Atiq sendiri
berarti tertua, dan memang Masjid Al Atiq itulah yang secara lisan
diyakini sebagai masjid tertua yang ada di seluruh Jakarta.
Kapan
persisnya pendiriannya sebetulnya tak ada yang tau persis. Tetua
setempat meyakini masjid didirikan tahun 1632 M/1053 H. Pendirinya
adalah pasukan Sultan Ageng Tirtayasa (Banten) yang tengah berperang
dengan VOC."Dulunya masjid ini atau orang bilang surau ini tujuannya
buat tempat istirahat pasukan Sultan Ageng,” terang H Nashir, salah satu
tetua Kampung Melayu Besar.
H Nashir menunjuk
letak masjid yang persis di tepi Kali CiliRata Penuhwung sebagai
indikasi kebenaran ceritanya. Menurutnya, pada zaman dahulu pergerakan
tentara selalu saja memanfaatkan sungai, baik sebagai transportasi atau
sumber minum. Tak heran, banyak tempat peristirahatan raja dulu dibangun
di tepi sungai.
Namun itu bukan satu-satunya versi. Pihak
lain menyebut Masjid Jami Al Atiq dibangun lebih awal, sekitar tahun
1500-an oleh Sultan pertama Banten, Maulana Hasanudin yang juga putra
dari Sunan Gunung Jati. Saat itu masjid ini diberi nama Masjid Kandang
Kuda, karena letaknya di perkampungan tukang sado. Pasukan Sultan Ageng
kemudian membantu merenovasi masjid tersebut.
Yang percaya
versi ini umumnya menunjuk struktur dan arsitektur masjid yang tak
banyak beda dengan masjid-masjid buatan Walisongo yang berada di Jawa
Tengah. Atapnya berbentuk prisma sedangkan penyangganya dulunya terbuat
dari kayu jati, yang sayang kini telah dipugar berganti dengan
beton-beton berlapis keramik atau marmer.
Namun demikian
secara keseluruhan masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya yang
dikatakan seperti masjid Demak. Satu komponen masjid yang tetap
dipertahankan adalah trisula masjid yang berada puncak menara masjid.
Sementara komponen peninggalan-peninggalan kuno lainnya sudah diserahkan
kepada Pemprov DKI untuk kemudian ditempatkan di dalam museum.
Salah
satu keunikan masjid ini adalah tulisan kaligrafi yang berada di atas
mimbar khotib yang ternyata sampai sekarang belum diketahui apa
tulisannya. "Yang unik itu kaligrafinya. Sampai sekarang juga belom ada
yang bisa baca apa tulisannya. Mau di bolak-balik juga tidak ada yang
bisa baca" kata Habib, salah seorang merboat masjid.
Habib
juga bercerita sebelum mengalami pemugaran, di dalam masjid ini
terdapat dua buah makam pengurus pertama masjid ini, tepatnya berada
tepat di samping mimbar atau tepat di tempat berdirinya imam. Namun
memang, siapa nama pemilik makam tersebut sampai sekarang belum
diketahui. Namun sesudah pemugaran, makam-makam tersebut dipindahkan.