Minggu, 01 Januari 2012

Tempat Ibadah & Pasar Tradisional di DKI

 Jakarta Barat

Masjid Angke
Nama aslinya masjid Al-Anwar. Usianya hampir setengah abad. Keempat tiang agungnya yang bak Menara Masjid Demak Jawa Tengah masih berdiri kukuh, mimbarnya khas Banten.Pengaruh arsitektur cina tampak pada pintu masuk, yakni berupa atap susun berlapis dua serta karpus yang menyerupai ujung atap kelenteng
Lokasi: Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat

.Masjid Pekojan
Dulu Masjid ini bernama An-Nawier, di bangun pada 1740 oleh seorang kontraktor Cina. Arsitekturnya merupakan gabungan gaya Arab dan Eropa. Mimbarnya yang penuh ukiran khas abad ke-18 terpelihara baik, konon merupakan pemberian Sultan Pontianak, Kalimantan Barat.
Lokasi:Jalan Pekojan Nomor 79, Tambora,Jakarta Barat.

Pasar Pagi Mangga Dua
 Tipe :Pusat Perbelanjaan
Alamat Jl. Mangga dua Raya Jakarta Barat/Taman Sari
Pasar ini menjual berbagai kebutuhan memasak yang sangat lengkap, dari sayur mayur, ikan dan sebagainya. Selalu ramai setiap harinya, di sini juga terdapat berbagai macam penjual jajanan pasar.

Terletak di kawasan yang selalu padat setiap harinya, lahan parkir yang tersedia sangat luas.
                                 
Jakarta Pusat
Masjid Cut Meutia
Mulanya ini Kantor NV Bouwploeg milik Pieter Adriaan Jacobus Moojen ( 1879-1955), perancangnya seorang pengembang dan arsitek asal Belanda. Bangunan bergaya art nouveau ini pernah menjadi kantor jawatan Kereta Api Belanda dan Kantor Kempetai angkatan laut Jepang. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin – lah yang menjadikannya rumah ibadah pada 1970.
 Lokasi: Jalan Cut Meutia, Jakarta Pusat

 Masjid Jami’ Kebon Jeruk
Masjid berbentuk bundar ini dirikan pada 1718 oleh imigran asal Cina, Chan Tsin Hwa, dan istrinya, Fatima Hwu. Keempat tiangnya yang penuh ukiran masih berdiri kukuh. Sayang, menaranya sudah lama runtuh. Atap daun nipah telah berganti genting. Mimbar kayu kembangnya pun kini jadi penghuni Museum Fatahillah. pusat

Gereja Katedral Jakarta
 (nama resmi: Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga, De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming) adalah sebuah gereja di Jakarta. Gedung gereja ini diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa, yakni arsitektur yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu.
Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Provicaris Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, Vikaris Apostolik Jakarta.
Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh.Pada malam natal, 24 Desember 2000, Gereja ini menjadi salah satu lokasi yang terkena serangan ledakan bom.

Gereja Immanuel (ca.1875-85)
Gereja Immanuel awalnya adalah gereja yang dibangun atas dasar kesepakatan antara umat Reformasi dan Umat Lutheran di Batavia.
Pembangunannya dimulai tahun 1834 dengan mengikuti hasil rancangan J.H. Horst. Pada 24 Agustus 1835, batu pertama diletakkan. Empat tahun kemudian, 24 Agustus 1839, pembangunan berhasil diselesaikan.
Bersamaan dengan itu gedung ini diresmikan menjadi gereja untuk menghormati Raja Willem I, raja Belanda pada periode 1813-1840. Pada gedung gereja dicantumkan nama WILLEMSKERK.

Gereja bergaya klasisisme itu bercorak bundar di atas fondasi tiga meter. Bagian depan menghadap Stasiun Gambir. Di bagian ini terlihat jelas serambi persegi empat dengan pilar-pilar paladian yang menopang balok mendatar. Paladinisme adalah gaya klasisisme abad ke-18 di Inggris yang menekan simetri dan perbandingan harmonis.
Serambi-serambi di bagian utara dan selatan mengikuti bentuk bundar gereja dengan membentuk dua bundaran konsentrik, yang mengelilingi ruang ibadah. Lewat konstruksi kubah yang cermat, sinar matahari dapat menerangi seluruh ruangan dengan merata. Menara bundar atau lantern yang pendek di atas kubah dihiasi plesteran bunga teratai dengan enam helai daun, simbol Mesir untuk dewi cahaya.
Orgel yang dipakai berangka tahun 1843, hasil buatan J. Datz di negeri Belanda. Sebelum organ terpasang, sebuah band tampil sebagai pengiring perayaan ibadah. Pada 1985, orgel ini dibongkar dan dibersihkan sehingga sampai kini dapat berfungsi dengan baik.

GPIB Pniel Pasar Baru, Jakarta Pusat, atau yang sering disebut dengan Gereja Ayam, merupakan sebuah gereja peninggalan zaman kolonial di Indonesia. Arsitektur gereja ini dirancang oleh Ed Cuypers dan Hulswit. Gereja ini dibangun antara 1913 dan 1915 dan mulanya diberi nama Gereja Baru. Julukan Gereja Ayam diberikan karena di atap gereja ini diletakkan sebuah petunjuk arah angin yang dibuat berbentuk ayam.
Gedung gereja yang ada sekarang sudah merupakan perluasan dari bangunan yang asli yang pertama kali didirikan pada 1850, yang saat itu masih merupakan sebuah kapel kecil. Arsitek Cuypers dan Hulswit memugarnya dengan menggunakan perpaduan gaya Italia dan Portugis dan memperluasnya sehingga dapat menampung hingga 1.500 orang. Hingga kini interior bangunan kuno ini masih bertahan sejak masa hampir satu abad yang lalu. Kursi, mimbar dan perlengkapan lainnya yang terbut dari jati masih tetap dipertahankan sejak masa Belanda, meskipun orgel pipanya sudah diganti pada awal 1990-an. Sebuah Alkitab besar berbahasa Belanda dari 1855 diletakkan di atas mimbar gereja itu. Karena dimakan zaman, Alkitab ini pun sudah rapuh dan mudah robek     Pada tahun 1998, saat kerusuhan melanda Jakarta, sejumlah massa berusaha menyerbu bangunan ini, namun gagal.

Gereja St. Theresia.  Tahun 1933, Gereja Katedral Jakarta menugaskan arsitek J. Th. Van Oyen membangun gedung gereja Santa Theresia  tanpa tiang penyangga di tengah-tengah agar altar dapat terlihat dari segala arah. Pembangunan selesai pada tahun 1934, dan peresmiannya dilakukan oleh Pastor A.Th. Van Hoof SJ, provicaris Jakarta. Pastor Van Driel SJ kemudian ditetapkan sebagai pastor Paroki Santa Theresia. Misa pertama di gereja Santa Theresia  oleh Romo Van Hoof SJ dan pemberkatan lonceng baru oleh Uskup Jakarta Mgr.H.Leven SJ.

Pasar Tanah Abang
di Jakarta Pusat memang sudah terkenal sejak zaman kolonial Belanda sebagai pusat perdagangan tekstil terbesar se-Asia Tenggara. Pasar ini juga dikenal sebagai pusat grosir dengan harga murah. Selain bahan sandang, para pembeli juga membeli keperluan lain, seperti karpet dan barang elektronik.

Akses ke lokasi bisa ditempuh dari arah Jalan Jenderal Sudirman, bisa melewati Jalan KH Mas Mansyur. Dari Jalan MH Thamrin, bisa masuk ke wilayah pasar lewat Jalan Kebon Kacang Raya atau Jalan Kampung Bali. Sedangkan kalau melalui Jalan Abdul Muis, bisa masuk ke daerah Pasar Tanah Abang dari arah Jati Baru dan Jalan Tanah Abang Bukit.

 Pasar Benhil terletak dekat dengan jalur ramai yang padat akan kendaraan lalu lalang yakni jalan Jenderal Sudirman. Lokasi pasar Benhil tepatnya berada di jalan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat dekat dengan Universitas Katolik Atmajaya, RSU TNI AL Mintohardjo, Wisma Sudirman.
 Di Pasar Benhil ini juga menjadi pusat bisnis lain yang biasa seperti pasar tradisional di kota lain seperti penjualan alat tulis perkantoran, digital printing, stempel, plat nomer kendaraan, maupun pembuatan reklame. Menjelang malam atau sore, pasar benghil menjadi pusat kuliner yang dipenuhi dengan bermacam-macam makanan ataupun jajanan. Makanan yang disajikan pun tak kalah dengan masakan bintang lima namun harga kaki lima seperti masakan cumi-cumi, ikan bakar, gulai kakap, lemang, lumpia, ikan bilih, telur balado, mendoan, dan masih banyak lagi. Tak rugi juga anda untuk mencoba berwisata kuliner di pasar benhil ini karena banyak sekali pilihan yang bisa dicicipi.
  Setiap setahun sekali memasuki bulan Ramadhan, pasar Benhil juga menjadi pusat makanan ataupun jajanan untuk berbuka puasa

Di Pasar Baru
ini Anda dapat menemukan bermacam - macam barang yang Anda butuhkan dengan harga yang relatif murah. Tempat ini juga digunakan sebagai lokasi pusat grosir, tidak sedikit pedagang yang memiliki kios di tempat lain membeli untuk kebutuhan tokonya di pasar ini, mulai dari Fashion, Kebutuhan Rumah Tangga, dan lain-lain.

Bukan hanya pedagang grosir, para ibu rumah tangga dan masyarakat umum pun banyak yang mengunjungi lokasi pembelanjaan yang buka dari jam 09.00-17.00 ini. Namun Anda juga harus berhati - hati terhadap barang belanjaan Anda karena ramainya pengunjung membuat kriminalitas kerap terjadi. Fasilitas parkir yang tersedia cukup luas.


Berbagai macam penjual dapat Anda temukan di tempat ini, kebanyakan didominasi oleh Toko Emas, Percetakan Piala, Percetakan Kaos/Baju, Spanduk, Kartu Nama, dan lain-lain. Anda pun akan mendapatkan harga yang di bawah rata-rata, mengingat harga yang ditawarkan oleh para penjual tempat ini adalah harga grosir.
Tempat ini berada tepat di samping Atrium Senen. Buka dari jam 10.00 - 19.00 WIB. Selalu ramai setiap harinya. Terletak di kawasan yang cukup padat setiap harinya, seringkali terjadi kemacetan saat siang dan sore hari, lokasi parkir yang tersedia sangat luas dan tertib.

                              Jakarta timur
Pasar Cibubur, Jakarta Timur Pasar Cibubur, atau Pasar Jaya Cibubur, merupakan pasar tradisional milik Pemprov DKI Jakarta. Berada di pinggir Kali Cipinang, pengelolaan pasar ini dijalankan oleh PD Pasar Jaya. Beberapa tahun silam, pasar ini pernah direvitalisasi dengan melibatkan pihak swasta: PT Aneka Sumber Daya Energy. Perusahaan swasta ini sekarang sedang merevitalisasi Pasar Proyek di Jalan Mayor Oking, Margahayu, Bekasi Timur. Pasar tradisional ini akan dibuah menjadi Bekasi Junction.

 Pasar Cibubur PD Pasar Jaya
Jalan Lapangan Tembak Cibubur Kelurahan Cibubur – 13720 Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur
         
  Masjid As-Salafiyah
     Pangeran Jayakarta mendirikan Masjid ini pada 1620. Lalu 80 tahun kemudian, Pangeran   Sugeri, Putra Sultan Fatah dari Banten, memugarnya. Kekhasan Masjid ini tampak pada kaligrafi Arab berbentuk sarang tawon di dalam plafon menara masjid. Lokasi: Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.

 Gereja St. Antonius Padua.  Kapel susteran dan panti asuhan yang di bangun pada tahun 1938 oleh kontraktor Hollandsche Beton Maatschappij di resmikan  oleh Mgr Willekens. Dalam perjalanannya,  kemudian dengan bertambahnya umat,  kapel beralih fungsi menjadi gereja paroki.

Gereja St. Yoseph. Arsitek perencana gedung gereja ini adalah Ir Frans Johan Lauwrens Ghijsels (1882-1947). Pria kelahiran Tulung Agung, 8 September 1882, ini adalah arsitek yang membangun gedung-gedung di Batavia waktu itu, antara lain bangunan Stasiun Kota, Vrijmetselaarslogre,  sekarang Gedung Bappenas. (Nama arsitek ini kemudian diabadikan pada prasasti di lantai Gereja Santo Yoseph, pasca renovasi tahun 2002, tepat pada posisi altar lama.)  Pemberkatan gedung dilakukan Mgr Van Velsen, SJ, pada 6 April 1924

Pasar Pramuka Nama Populer :Pasar Hewan Pramuka
Alamat Jl. Pramuka Raya Jakarta Timur/Matraman
 Pasar ini lebih dikenal sebagai pasar makanan hewan dan pasar hewan, bukan hanya makanan bahkan di tempat ini juga terdapat penjual obat-obatan untuk berbagai hewan kesayangan.

Di tempat ini juga terdapat berbagai macam jenis burung. Terletak tepat di seberang Pramuka Medical. Buka dari jam 07.00 - 17.00 WIB. Biasanya ramai pada pagi dan siang hari. Lokasi parkir yang tersedia cukup luas, berhati-hatilah saat akan memasuki area parkir.

                               Jakarta utara
Gereja Tugu adalah salah satu gereja tertua di Indonesia terletak di Kampung Tugu, Jakarta Utara. Secara pasti tidak diketahui kapan mulai dibangun, tetapi para ahli sejarah menyimpulkan sekitar tahun 1676-1678, bersamaan dengan dibukanya sebuah sekolah rakyat pertama di Indonesia oleh Melchior Leydecker. 
Pada tahun 1737 Gereja Tugu dilakukan renovasi yang pertama dibawah pimpinan pendeta Van De Tydt, dibantu oleh seorang pendeta keturunan Portugis kelahiran Lisabon yaitu Ferreira d'Almeida dan orang-orang Mardijkers.
Pada tahun 1740 gereja Tugu hancur, bersamaan dengan terjadinya peristiwa Pemberontakan Tionghoa (Cina Onlusten) dan pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia, pada masa Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier yang berkuasa di Batavia pada tahun 1737–1741.
Kemudian pada tahun 1744 atas bantuan seorang tuan tanah Yustinus Vinck gereja ini dibangun kembali, dan baru selesai pada 29 Juli 1747 yang kemudian diresmikan pada tanggal 27 Juli 1748 oleh pendeta J.M. Mohr.
Sampai saat ini gereja tersebut masih berdiri dan berfungsi sebagai "GPIB Tugu", walaupun di berbagai sudut sudah banyak yang harus diperbaiki karena faktor usia. Gereja ini tampak sederhana tetapi tampak kokoh dan rapi, dengan berisi bangku diakon antik, piring-piring logam, dan mimbar tua. Lonceng yang ada di gereja tersebut diperkirakan dibuat pada tahun 1880, karena lonceng paling tua yang dibuat 1747 sudah rusak dan disimpan di rumah pendeta di sana.
  Pasar muara karang Tipe Pasar Hasil Laut
Alamat Jl Muara Karang Raya Blok 24 Selatan No.35 - Muara Pluit/Jakarta Utara
   Pasar Tradisional ini menjual berbagai macam kebutuhan pokok. Lokasi mudah dicapai karena tepat di jalan Muara Angke Raya dan tepat disebelah Terminal Muara Angke. Parkir cukup luas di lokasi, ada juru parkir yang mengatur.
                       Jakarta Selatan
Pasar mede
Kategori:
Pasar Ritel / Pasar Tradisional

Alamat:
Jl. Raya Fatmawati No. 65-68
Jakarta Selatan, Jakarta
Pasar Tradisional ini menjual berbagai macam kebutuhan pokok. Lokasi mudah dicapai karena tepat di jalan. Berada di daerah Cilandak Barat, di manfaatkan oleh penghuni Komplek Keuangan di Cilandak Barat untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Masjid Jami Al Atiq
Bukan tanpa alasan kalau Gubernur DKI era 1970-an, Ali Sadikin memberi nama masjid yang terletak di Jl. Masjid I, RW I, Kampung Melayu Besar, Tebet, Jakarta Selatan, dengan nama Masjid Jami Al Atiq. Al Atiq sendiri berarti tertua, dan memang Masjid Al Atiq itulah yang secara lisan diyakini sebagai masjid tertua yang ada di seluruh Jakarta.

Kapan persisnya pendiriannya sebetulnya tak ada yang tau persis. Tetua setempat meyakini masjid didirikan tahun 1632 M/1053 H. Pendirinya adalah pasukan Sultan Ageng Tirtayasa (Banten) yang tengah berperang dengan VOC."Dulunya masjid ini atau orang bilang surau ini tujuannya buat tempat istirahat pasukan Sultan Ageng,” terang H Nashir, salah satu tetua Kampung Melayu Besar.


H Nashir menunjuk letak masjid yang persis di tepi Kali CiliRata Penuhwung sebagai indikasi kebenaran ceritanya. Menurutnya, pada zaman dahulu pergerakan tentara selalu saja memanfaatkan sungai, baik sebagai transportasi atau sumber minum. Tak heran, banyak tempat peristirahatan raja dulu dibangun di tepi sungai.

Namun itu bukan satu-satunya versi. Pihak lain menyebut Masjid Jami Al Atiq dibangun lebih awal, sekitar tahun 1500-an oleh Sultan pertama Banten, Maulana Hasanudin yang juga putra dari Sunan Gunung Jati. Saat itu masjid ini diberi nama Masjid Kandang Kuda, karena letaknya di perkampungan tukang sado. Pasukan Sultan Ageng kemudian membantu merenovasi masjid tersebut.

Yang percaya versi ini umumnya menunjuk struktur dan arsitektur masjid yang tak banyak beda dengan masjid-masjid buatan Walisongo yang berada di Jawa Tengah. Atapnya berbentuk prisma sedangkan penyangganya dulunya terbuat dari kayu jati, yang sayang kini telah dipugar berganti dengan beton-beton berlapis keramik atau marmer.

Namun demikian secara keseluruhan masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya yang dikatakan seperti masjid Demak. Satu komponen masjid yang tetap dipertahankan adalah trisula masjid yang berada puncak menara masjid. Sementara komponen peninggalan-peninggalan kuno lainnya sudah diserahkan kepada Pemprov DKI untuk kemudian ditempatkan di dalam museum.

Salah satu keunikan masjid ini adalah tulisan kaligrafi yang berada di atas mimbar khotib yang ternyata sampai sekarang belum diketahui apa tulisannya. "Yang unik itu kaligrafinya. Sampai sekarang juga belom ada yang bisa baca apa tulisannya. Mau di bolak-balik juga tidak ada yang bisa baca" kata Habib, salah seorang merboat masjid.

Habib juga bercerita sebelum mengalami pemugaran, di dalam masjid ini terdapat dua buah makam pengurus pertama masjid ini, tepatnya berada tepat di samping mimbar atau tepat di tempat berdirinya imam. Namun memang, siapa nama pemilik makam tersebut sampai sekarang belum diketahui. Namun sesudah pemugaran, makam-makam tersebut dipindahkan.