Pada tahun 1951 masyarakat Betawi masih suka mengunjungi Benteng Angke
sebagai tempat rekreasi. Tetapi, lama kelamaan mereka bosan. Kemudian mereka
berusaha mencari tempat rekreasi lain. Pada waktu itu terdapat sebuah bangunan
rumah penginapan sederhana, tetapi bertingkat. Di dalamnya terdapat fasilitas
hiburan, seperti tempat judi, boling dan bilyar. Di samping itu, pengunjung
bisa makan pordeo gratis. Tetapi mereka harus membayar minuman dengan harga
mahal. Minuman yang tersedia adalah Jenewer, Bols, Wiski, dan Brendi. Sementara
itu, minuman berupa kopi dan teh tidak disediakan.
Mulanya pengunjung penginapan itu adalah para pelaut yang baru turun dari
kapal. Mereka berkunjung ke penginapan itu untuk melampiaskan rasa jenuh.
Mereka berkunjung dengan menggunakan celana kipasnya. Di sana mereka berdendang sayang, seakan-akan
menemukan sebuah surga.
Lama kelamaan penginapan itu menjadi pusat rekreasi. Bukan hanya pelaut saja
yang berkunjung ke sana.
Warga kota Jakarta
yang tahu tempat itu sering bertamasya ke tempat itu dan menganggapnya sebagai
tempat wisata baru. Kebanyakan pengunjungnya adalah muda mudi yang sedang
dilanda asmara.
Warga Jakarta, khususnya para muda-mudi,
gemar piknik dengan mengendarai perahu dan singgah di penginapan itu. Mereka
melewati Tanjung Hans-Jol dan kemudian melalui daratan Melingker, di mana
terdapat lokasi penginapan tersebut. Mereka makan kerang rebus besar dan minum
anggur. Sesudah itu, mereka kembali naik perahu ke Jakarta. Setiap kali ke sana mereka melewati Tanjung Hans-Jol. Lama
kelamaan lidah mereka lebih fasih melafalkannya ANCOL bukan Hans-Jol. Demikian,
asal usul Ancol berasal dari kata Hans-Jol.
Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas
adalah salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang
perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
Sejarah
Monumen Nasional yang terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun
pada dekade 1961an.
Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini
diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno,
mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden RI
Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan
bangsa Indonesia
pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terbangkitnya inspirasi dan semangat
patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan)
yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Semua pelataran cawan
melambangkan Yoni (lumbung). Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang
terdapat hampir di setiap rumah penduduk pribumi Indonesia.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir,
Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di
sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka
tempat berolahraga. Pada hari-hari libur, Minggu atau libur sekolah banyak
masyarakat yang berkunjung ke sini.
Konstruksi dan Pameran
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang
terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya
132 m. Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala
obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg. Lidah api
atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih
kemerdekaan. Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50
pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat
dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati
pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Arah ke selatan
berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah
utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh
ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat
lepas landas.
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari
perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti
melambangkan Bangsa Indonesia
agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan
dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas pelataran yang berbentuk
bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan pelestarian angka keramat
Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau
museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di
bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung
Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat
8 ton.
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan
oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang
berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung
ke tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu Kuning". Landasan dasar
Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan
nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung pengunjung sekitar 500
orang.
Pada keempat sisi ruangan terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan
peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding,
tiang dan lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk
amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut
peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera
merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk
bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga
ke atas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta
dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul
09.00 - 16.00 WIB. Read more...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar